Empat Pilar Gerakan Pemuda Negarawan
Secara historis, gerakan pemuda memainkan peran penting dalam pembangunan sebuah bangsa. Peran sentral gerakan pemuda itulah yang membuat Ben Anderson dalam Java in A Time of Revolution, Occupation and Resistance (1944-1946) menyebut sejarah Indonesia adalah sejarah pergerakan kaum muda.

Read More...

Empat Pilar Gerakan Pemuda Negarawan

Secara historis, gerakan pemuda memainkan peran penting dalam pembangunan sebuah bangsa. Peran sentral gerakan pemuda itulah yang membuat Ben Anderson dalam Java in A Time of Revolution, Occupation and Resistance (1944-1946) menyebut sejarah Indonesia adalah sejarah pergerakan kaum muda.

Tesis Anderson tersebut tidak diragukan. Sebab, fakta kesejarahan dan temporal menunjukkan bahwa kaum muda selalu menjadi motor penggerak dalam perubahan sosial di Indonesia.

Sejarah Indonesia tak mungkin melupakan gelombang pergerakan kebangsaan yang dicetuskan oleh para pemuda di masanya seperti Sukarno (1901), Moh Hatta (1902), Sutan Syahrir (1909), Tan Malaka (1897), serta tokoh muda lain yang turut berperan meraih impian kemerdekaan.

Demikian juga, dengan riwayat sejarah Kiai Ahmad Dahlan (1968), sepulang dari haji kedua (1903), dalam usianya yang masih muda (35 tahun) ia memprakarsai lahirnya pergerakan nasional yang diwujudkan dalam pembentukan organisasi Muhammadiyah.

Bersama dengan berseminya para tokoh tersebut, peristiwa sejarah juga banyak dimotori kaum muda, sebutlah gerakan Budi Utomo, peristiwa sumpah pemuda, peristiwa Rengasdengklok, hingga Reformasi 1998.

Deretan tokoh di atas lahir dan bergerak dengan ciri utama nasionalis dan patriotik. Mereka adalah pemuda negarawan, figur golongan muda yang meletakkan kepentingan negara di atas kepentingan dirinya sendiri.

Tekad bulat yang didukung kecerdasan gemilang menuntun para pemuda tersebut hadir, sebagai fajar baru dalam sejarah kebangkitan nasional kala itu.

Di antara sejarah pergerakan pemuda yang panjang itu, terselip juga sejarah gerakan pemuda yang dirintis kalangan muda Muhammadiyah, yang kemudian mengilhami lahirnya organisasi Pemuda Muhammadiyah.

Organisasi ini didirikan pada 2 Mei 1932 dengan tujuan: “Menghimpun, membina, dan menggerakkan potensi pemuda Islam demi terwujudnya kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangda dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”.

Visi tersebut mengandung cita-cita sosial untuk melahirkan sosok pemuda negarawan. Sebagai spirit yang luhur, visi tersebut niscaya hanya bisa tegak berdiri bila disokong pilar dan asas yang teguh untuk selanjutnya, mengejawantah dalam laku hidup kader Muhammadiyah.

Empat pilar gerakan

Terdapat empat pilar pemuda negarawan yang melekat dalam organisasi Pemuda Muhammadiyah.

Pertama, pilar Islam berkemajuan. Spirit Islam berkemajuan adalah pandangan keagamaan yang berorientasi mempertinggi dan memajukan kehidupan manusia, memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan kemerosotan akhlak.

Konsep Islam tersebut hanya bisa dimungkinkan bila selalu hadir pembaharuan (tajdid) demi menjawab tantangan zaman. Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan pemuda Islam niscaya harus memiliki visi berkemajuan.

Dengan kekuatan intelektual, pemuda Muhammadiyah niscaya harus tampil sebagai contoh teladan dari spirit Islam berkemajuan tersebut.

Kedua, pilar keilmuan. Pemuda negarawan berdiri tegak di atas penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Seperti jamak disadari, iptek adalah pilar penyokong keberlangsungan hidup suatu peradaban umat dan bangsa. Ilmu ialah gugus pengetahuan yang turut mampu membantu manusia mencapai tujuan hidup yang ia cita-citakan.

Dalam konteks keindonesiaan, perlu disadari bahwa orientasi pengembangan iptek bukanlah berjalan tanpa kesadaran moral dan spiritual. Ilmu tidaklah bebas nilai, sebaliknya buah ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya mengabdi kepada nilai yang dianut masyarakat Indonesia.

Nilai tersebut bersumber dari Pancasila, UUD 1945, dan kebudayaan luhur bangsa. Pemuda negarawan menempatkan dirinya tidak saja sebagai pengguna (konsumen) dari iptek, melaikkan juga tampil sebagai pembuat (produsen).

Ketiga, pilar kewirausahaan sosial. Generasi muda Indonesia sesungguhnya aset penggerak ekonomi masa depan. Tak heran jika kini banyak negara di dunia menciptakan kebijakan ekonominya, dengan mengikuti karakter yang dimiliki generasi muda.

Generasi muda sesungguhnya, SDM yang harus terus dikembangkan demi menunjang kehidupan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang. Pemuda negarawan tegak di atas pilar ekonomi yang kuat.

Namun, Pemuda Muhammadiyah bukan sekadar mendorong pemberdayaan ekonomi untuk memenuhi mobilitas sosial personal. Usaha memperkuat ekonomi, seiring pemberdayaan ekonomi kerakyatan, membantu keluar dari jerat kemiskinan.

Keempat, pilar politik kebangsaan. Pemuda Muhammadiyah merupakan entitas yang turut berperan penting menentukan arah bangsa lewat jalur politik.

Namun, politik di alam pikiran dan sikap pemuda Muhammadiyah bukanlah politik serbaboleh (permisif), serbamateri (materialis), dan serbamenerabas (pragmatis).

Nalar politik pemuda Muhammadiyah berbasis pada nilai-nilai luhur (high politic), yang mendudukkan politik bukan sekadar untuk menapaki jalan menuju kekuasaan, melainkan juga menjadi jembatan menuju pencapaian tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pemuda Muhammadiyah dalam hal ini menjadikan politik sebagai salah satu ranah dakwah, dalam membumikan kehendak Tuhan di muka bumi.

Strategi gerakan

Demi menerjemahkan pilar tersebut dalam ranah praktis, gagasan pemuda negarawan meniscayakan strategi gerakan yang berfungsi sebagai pemandu gerakan Pemuda Muhammadiyah. Setidaknya terdapat tiga strategi membumikan gerakan pemuda negarawan.

Pertama, strategi kultural. Yakni, usaha menyemai gagasan empat pilar tersebut melalui jalur kultural, lewat metode pembiasaan untuk membentuk etika, adab, tata susila, dan pranata sosial yang sesuai watak pemuda negarawan.

Strategi kultural bisa diwujudkan dengan bentuk program, seperti pembinaan, pelatihan workshop, FGD, dan penguatan karakter. Kedua, strategi struktural. Strategi ini dijalankan lebih formal dengan dukungan sistem yang kuat.

Menyitir ujaran Ahmad Dahlan, “Aktiflah di partai mana saja, rebutlah jabatan publik apa saja, tapi kembalilah ke Muhammadiyah”, disadari atau tidak, segala bentuk kebijakan publik yang dilahirkan negara, pasti berangkat dari dinamika politik.

Proses inilah yang harus ditempuh dengan kekuatan intelektualitas dan moralitas. Kader Pemuda Muhammadiyah hendaknya siap jadi pemimpin di level mana pun. Pemuda Muhammadiya tak boleh apatis terhadap politik, sebaliknya harus terlibat aktif.

Membangun komunikasi serta kerja sama dengan semua pihak. Pemuda Muhammadiyah harus aktif terlibat dalam Pemilu 2024 mendatang. Ketiga, strategi prosedural. Strategi ini dilakukan dengan usaha pengembangan dan penguatan peran kader di ranah publik.

Strategi inilah yang menjadi jembatan penghubung antara metode struktural dan kultural.

Wujudnya, pengembangan jaringan organisasi, memperluas radius pergaulan, baik dengan sesama gerakan Islam, gerakan sosial, pemerintah, tokoh publik, maupun jejaring atau mitra yang memiliki keterkaitan dengan aktivitas dakwah organisasi.

Di titik inilah, pucuk pimpinan Pemuda Muhammadiyah (PPPM) menjalankan fungsi aktif membangun jaringan organisasi yang seluas-luasnya.

Catatan ini berakhir dengan harapan visi pemuda negarawan terus menjadi alam pikiran, sekaligus bintang penuntun aktivitas sebagai pemuda. Membentuk pemuda negarawan tidak mudah, perlu kolektivitas, etos kerja, dan keteguhan untuk terus berupaya.

*Penulis adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah

(Artikel ini terbit di koran digital Republika, Rabu 03 Mei 2023 dengan judul “Meneguhkan Empat Pilar Gerakan Pemuda Negarawan”, dimuat ulang dengan beberapa penyesuaian)

Sumber: https://muhammadiyah.or.id/empat-pilar-gerakan-pemuda-negarawan/

Managed & Maintenanced by ArtonLabs