Amal Usaha Muhammadiyah, Membawa Islam Tapi Tetap Berpijak Pada Bumi Indonesia
Konsep pendidikan Islam modern di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh Muhammadiyah lewat sistem yang kini dikenal sebagai Madrasah hingga boarding school yang berwatak inklusif sekaligus menghargai tradisi lokal.

Read More...

Amal Usaha Muhammadiyah, Membawa Islam Tapi Tetap Berpijak Pada Bumi Indonesia

Konsep pendidikan Islam modern di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh Muhammadiyah lewat sistem yang kini dikenal sebagai Madrasah hingga boarding school yang berwatak inklusif sekaligus menghargai tradisi lokal.

Ikhtiar Kiai Ahmad Dahlan lewat pendidikan sejak 1 Desember 1911 itu bukan saja memadukan iman dan modernitas, tapi juga menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman, terpelajar, berkepribadian kuat, dan responsif terhadap tantangan zaman.

“Islam modern inilah yang diaspora ke berbagai struktur pemerintahan, lapisan masyarakat, lalu melahirkan modernisme Islam Muhammadiyah di tanah air yang bercorak Keindonesiaan yang ini orang luput melihatnya,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, Sabtu (15/1).

“Sehingga bagaimana mungkin organisasi kecil dan mendobrak zaman, di tahun 1922 sudah menyebar ke seluruh tanah air. Sehingga sampai sekarang ormas yang paling sentrifugal gerakannya ya Muhammadiyah. Karena menggabungkan modernitas tapi tetap memahami kultur Indonesia dari Aceh sampai Papua, di Papua, Merauke, Muhammadiyah sudah diterima sejak tahun 1926,” imbuhnya.

Dalam forum Upgrading Pengurus Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Amerika Serikat, Haedar menuturkan bahwa madrasah sebagai amal usaha paling awal Muhammadiyah itu kini semangatnya diwakili oleh amal usaha lain di berbagai bidang.

“Maka kalau dilihat sekarang bagaimana Muhammadiyah kuat di kawasan Timur meskipun umat Islam minoritas, tapi Muhammadiyah bisa menghadirkan berbagai amal usaha yang inklusif sehingga Muhammadiyah dengan apa yang disebut sebagai pluralisme kultural dan budaya, pluralisme kebangsaan itu sudah kita praktikkan lama. Cuma memang kekurangannya, Muhammadiyah itu tidak pandai berkhitab, tidak pandai beretorika, dan tidak pandai mempublikasikan secara berlebihan sehingga tidak seksi,” imbuhnya.

Kepada PCIM Amerika dan PCIM di berbagai negara Barat, Haedar berpesan agar semangat madrasah di atas menjadi panduan dalam ikhtiar membangun amal usaha Muhammadiyah di berbagai negara. Yakni Islam yang membawa semangat inklusivitas dan tetap berpijak dan menghargai nilai-nilai setempat.

“Dalam konteks itu pertama sebagai respon terhadap rencana dan mimpi besar untuk bikin amal usaha di Amerika Serikat, saya pikir ini merupakan azam yang sangat mulia, luhur dan insyaallah teruwjud. Tentang bentuknya diformulasikan sesuai tuntutan dan kondisi Amerika dengan situasinya,” pesan Haedar.

Sumber: https://muhammadiyah.or.id/amal-usaha-muhammadiyah-membawa-islam-tapi-tetap-berpijak-pada-bumi-indonesia/

Managed & Maintenanced by ArtonLabs