Lima Budaya Organisasi Islami dalam Muhammadiyah
Dalam Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Barat pada Rabu (30/11), Mudir Pontren Al-Furqan Muhammadiyah Tasikmalaya Uum Syarif Usman menerangkan tentang budaya organisasi Islami.

Read More...

Lima Budaya Organisasi Islami dalam Muhammadiyah

Dalam Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Barat pada Rabu (30/11), Mudir Pontren Al-Furqan Muhammadiyah Tasikmalaya Uum Syarif Usman menerangkan tentang budaya organisasi Islami. Ia meninjau apakah Muhammadiyah telah termasuk bagian dari organisasi yang mengembangkan budaya Islami atau tidak. Setidaknya, ada lima ciri budaya organisasi Islami, di antaranya:

Pertama, Tauhid. Menurut Uum, aktivitas organisasi Islami mesti menekankan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya semata-mata hanya untuk Allah (lillah), dengan izin Allah (biidznillah), dan mengharap ridha dari Allah (mardlatillah). Menggerakkan organisasi dengan budaya Islami tidak bisa jika bergantung kepada makhluk, semuanya harus hanya karena Allah.

Kedua, ekspresi ibadah. Ciri ini harus menunjukkan sikap ittiba’ alias mengikuti tuntunan Al Quran dan penjelasan Rasulullah Saw. Suatu ibadah tanpa adanya keterangan yang jelas dalam dua sumber pokok Islam tersebut otomatis batal. Selain itu, ekspresi ibadah juga mesti memiliki aktivitas amal saleh dalam kehidupan sehari-hari seperti konsisten melakukan kebaikan, menciptakan kemaslahatan, dan membuang hal-hal yang mudharat.

Ketiga, sarana dakwah. Menurut Uum, ciri organisasi yang Islami berusaha menjadi khair al-bariyyah (sebaik-baiknya manusia) dan khair al-ummah (sebaik-baiknya golongan). Dengan menjadi yang terbaik, maka akan menjadi uswah hasanah (teladan yang baik) bagi orang lain. Inilah esensi dakwah dalam Islam.

Keempat, optimalisasi jamaah. Bagi Uum, optimalisasi jamaah ini dicirikan dengan keinginan untuk menjalin ukhuwah (persatuan), taawun (saling menolong), dan takaful (saling memikul risiko). Poin ini penting bagi penguatan simpul-simpul organisasi sehingga menjadi salah satu kekuatan dan kohesi umat dalam menghadapi ragam rintangan.

Kelima, prestasi dan inovasi. Ciri ini merupakan cerminan dari hasanah fi al-dunya (kebaikan di dunia) dan hasanah fi al-akhirah (kebaikan di akhirat). Menurut Uum, organisasi yang islami mesti memiliki orientasi dunia dan akhirat secara seimbang. Kehidupan di dunia begitu penting agar mendapat kebaikan di akhirat.

“Itulah gambaran budaya organisasi Islami. Semoga Muhammadiyah ini kita jaga dan rawat selalu agar menjadi pergerakan yang terus mengembangkan dan memajukan budaya organisasi Islami untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta,” harap Uum.

Sumber: https://muhammadiyah.or.id/lima-budaya-organisasi-islami-dalam-muhammadiyah/

Managed & Maintenanced by ArtonLabs